23 Agustus 2007

Seni dan Keindahan

Setiap teori seni harus dimulai dengan anggapan bahwa manusia memberikan reaksi terhadap bentuk, massa dan permukaan dari benda-benda yang dilihatnya, dan bahwa komposisi dan penataan unsur-unsur tersebut menimbulkan rasa senang pada diri manusia.


Definisi Seni

Beberapa definisi dan pengertian kata seni:
Pengertian kata seni kita ambil dari Inggris art, yang berakar pada kata Latin ars, yang berarti: "ketrampilan yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan atau proses belajar". Dari akar kata ini kemudian berkembang pengertian yang diberikan oleh kamus Webster sebagai berikut: "penggunaan ketrampilan dan imajinasi secara kreatif dalam menghasilkan benda-benda estetis." (Webster's Collegiate Dictionary, 1973, hal.63).

Pengertian lain diambil dari bahasa Belanda kunst, yang mempunyai definisi sebagai berikut: "suatu kesatuan secara struktural dari elemen-elemen estetis, kwalitas-kwalitas teknis dan ekpresi simbolis, yang mempunyai arti tersendiri dan tidak membutuhkan lagi pengesahan oleh unsur-unsur luar untuk pernyataan dirinya".(Winkler Prins, hal.427).

Definisi seni Kamus Umum Bahasa Indonesia:
Kecakapan membuat (menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah.
Sesuatu karya yang dibuat (diciptakan) dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak, lukisan, ukiran-ukiran dsb.




Teori-teori seni pada dasarnya dapat digolongkan dalam beberapa kelompok pemikiran:

Teori Mimesis:
Teori-teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni adalah suatu usaha untuk menciptakan tiruan alam. Kata mimesis berasal dari kata Yunani dimana teori ini pertama kali dicetuskan oleh Plato.

Terjemahan yang tepat dari kata mimesis agak sukar dicari, karena bagi Plato mimesis ini tidak saja berlaku untuk senirupa melainkan juga berlaku untuk seni musik, drama dan sebagainya.

Teori mimesis ini amat penting dalam tinjauan seni karena setelah zaman Yunani konsep ini dihidupkan kembali dalam seni Renaissance dan sampai sekarng masih cukup berpengaruh.
Inti dari teori mimesis ini adalah perkembangan seni naturalis baik secara formal maupun sebagai pengenalan pengalaman.

Teori Instrumental:
Teori-teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni mempunyai tujuan tertentu dan bahwa fungsi dan aktivitas seni sangat menentukan dalam suatu karya seni. Misalnya fungsi-fungsi edukatif, fungsi-fungsi propaganda, religius dan sebagainya.

Cabang lain dari teori ini adalah seni sebagai sarana penyampaian perasaan, emosi dan sebagainya. Seni adalah sarana kita untuk mengadakan kontak dengan pribadi si seniman ataupun bagi seniman untuk berkomunikasi dengan kita.

Teori Formalistis:
Teori-teori ini merupakan reaksi terhadap kedua teori di atas karena menganggap bahwa keduanya tidak memberikan standar penilaian estetis. Mereka berpendapat bahwa elemen-elemen bentuk pada suatu karya seni juga memancarkan nilai-nilai estetis.

Teori-teori abad 20:
Teori-teori yang lebih praktis dan menitik beratkan pada kritik dan apresiasi. Seni adalah suatu tindakan kreatif, pertama-tama ia adalah suatu realita yang diciptakan dan kedua ia harus bisa memberikan kesempatan dan kemampuan untuk pnghayatan estetis.

http://members.fortunecity.com/senirupa/senirupa/id2.html

Proses Penciptaan

Plato dan Aristoteles memandang proses penciptaan merupakan proses peniruan terhadap alam. Pendapat dua tokoh ini sangat didasari oleh pengalaman mereka sebagai tokoh naturalisme.

Seni itu merupakan suatu jenis kreasi atau penciptaan dan dengan itu ditekankan segi kebaruan dari seni. Seni itu tidak mengulang alam, karena itu Susanne K.Langer menolak teori Aristoteles yang mengatakan bahwa seni merupakan peniruan (mimesis) dari alam. Seni sungguh-sungguh menghasilkan sesuatu yang lain sama sekali dari realitas alamiah. Karya seni meskipun dalam arti tertentu mempunyai kemiripan dengan alam, namun ia sudah tercabut dari kenyataan alamiah. Pada seni terdapat prinsip kelainan dari alam, yang membuat seni itu sungguh-sungguh berdiri sendiri sebagai ciptaan.

Prinsip ketercabutan dari kenyataan alamiah menjadi prinsip penciptaan seni. Karena Langer bertolak dari asumsi bahwa karya seni adalah hasil simbolisasi manusia, maka prinsip penciptaan seni mengambil pola dari prinsip simbolisasi atau pembentukan simbol.

Orang percaya bahwa intuisi atau inspirasi memegang peranan yang penting di dalam aktivitas mencipta. Dari pengalaman estetik, manusia memperoleh kesan dalam kehidupannya. Dan manusia cenderung ingin mengabadikan kesan yang dimilikinya. Kesan-kesan inilah yang kemudian dituangkan dan diabadikan dalam sebuah karya seni.

Ada beberapa unsur yang berperan dalam proses penciptaan seni. Maka dalam usaha memberikan tinjauan atau penilaian terhadap karya seni perlu memperhatikan unsur-unsur tersebut; kedudukan seniman sebagai pencipta (creator), ide dan media yang berpangkal pada seniman dan mencoba menganalisis nilai-nilai teknis dan estetis serta nilai ekspresi.

Pada diri seorang seniman tentu memiliki kemampuan mengolah segala sesuatu yang ada di dalam (internal) maupun di luar dirinya (eksternal) yang disebut gagasan atau ide melalui penghayatan untuk selanjutnya dinyatakan dalam bentuk ekspresi seni.

Untuk penghayatan tersebut dibutuhkan kepekaan rasa (sensitifitas) terhadap unsur-unsur seni dan nilai-nilai estetis serta kepekaan terhadap lingkungan. Pada hal ini kita mengenal yang namanya nilai intrinsik seni, yang dimaksud dengan nilai intrinsik seni adalah nilai-nilai non visual (tak nampak) pada suatu karya seni, yang hanya dapat ditanggapi dengan perasaan, dan turut memberikan rangsangan pada rasa keindahan manusia.

Nilai-nilai ini adalah:

Empati: yaitu rasa merasuk atau masuk, memproyeksikan diri ke dalam suatu karya seni sehingga merasa menjadi satu dengan elemen atau seluruh karya tersebut. Empati berbeda dengan simpati, yaitu hanya turut merasakan sesuatu.

Kenikmatan rasa: kenikmatan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur senirupa seperti garis, warna dan sebagainya termasuk pula prinsip disain.

Imajinasi: yaitu pengembangan angan-angan pengamat, sebagai akibat rangsangan yang diterima dari suatu karya seni.

Ekspresi: yaitu kesan atau pesan yang dipancarkan oleh suatu karya seni sehingga berkesan pada pengamat.

Dari ke empat nilai ini, yang paling penting adalah empati dan ekspresi, mengingat nilai-nilai inilah yang justru paling abstrak dan paling sulit untuk dijabarkan.

Untuk menyatakan apa yang telah dihayati serta gagasan yang ingin disampaikan, seorang seniman harus memiliki kemampuan teknis untuk menangani media yang dipakai.

Seorang seniman dalam proses penciptaan adakalanya memiliki kebebasan di satu pihak dan keterkaitan di lain pihak. (lihat dan bandingkan antara karya-karya seni murni dengan karya-karya disain atau karya-karya kria)

1. Ide dan media Seni
Ide atau gagasan: ide seni adalah segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar diri seniman sebagai bahan pernyataan bentuk seni melalui berbagi media. Ide seni erat hubungannya dengan tujuan dari penciptaan seni, dalam hal ini ide seni dapat bersifat pribadi dan dapat pula mewakili kebutuhan sosial.

Ide seni yang bersifat pribadi adalah ide seni yang bersumber pada pengalaman pribadi seorang seniman sesuai dengan pengaruh lingkungan hidupnya dan lingkungan budaya yang sedang berkembang. Ide pribadi inilah yang dapat menjelaskan sifat khas dari karya pribadinya. Tetapi karena seniman adalah anggota masyarakat, maka ide pribadi disini harus diartikan sebagai kebebasan dalam menentukan bahan untuk diolah sebagai bentuk ekspresi. Karenanya ide seni yang bersifat pribadi tersebut merupakan pencerminan pribadi seniman dalam keterlibatannya dengan kehidupan masyarakat.

Ide seni yang bersifat sosial.
Pada dasarnya karya seni merupakan media komunikasi antara seniman sebagai kreator dengan masyarakat sebagai apresiator. Karya seni bersifat komunikatif karena menjadi bentuk pernyataan yang dibutuhkan oleh hubungan masyarakat dan bangsa. Ide seni bisa bersumber pada kehidupan agama, pada falsafah atau ajaran agama, pada kehidupan ekonomi, pada ilmu pengetahuan dan pada berbagai bentuk kesenian itu sendiri. (antar disiplin seni) Ide seni yang bersumber pada kehidupan agama merupakan ide yang didukung oleh sifat kesucian dari agama (nilai sakral) yang melahirkan berbagai kaidah seni yang konvensional. Ide seni yang bersumber dalam kehidupan di luar keagamaan, merupakan ide yang tidak terikat pada pikiran konvensional dan bertolak dari kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan kebudayaan yang meliputi setiap zaman.

Media seni mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni. Media sebagai sarana aktifitas seni dapat menghasilkan karya seni setelah melalui proses mencipta berdasarkan pertimbangan artistik (nilai estetik).
Media dalam kesenian dapat juga diartikan sebagai bahan (materi) yaitu elemen fisik, yang dipergunakan untuk membuat karya tersebut.

2. Nilai Teknis dan Estetik
Setiap gubahan (disain/ komposisi) gerak, rupa dan suara menghasilkan karya seni apabila didukung oleh kemampuan teknis dan estetis dari seniman.

Nilai teknis
Seperti yang telah dibahas di depan, media disamping sebagai sarana juga diartikan sebagai bahan atau alat.
Dalam senirupa bahan atau alat menuntut kepandaian cara atau kemampuan menggunakan yang disebut teknik. Kemampuan teknik dalam berkarya senirupa sudah ada sejak manusia mulai berkarya seni.

Kemampuan teknik yang melahirkan nilai teknis dalam karya seni tidak hanya terbatas dalam menguasaan bahan dan peralatan berkarya, tetapi juga dalam menggarap unsur-unsur seni, seperti garis, bidang, ruang, warna, bentuk dan sebagainya. Sekalipun menggarap unsur-unsur seni tersebut menuntut kepekaan rasa. (ingat proses penciptaan seni)

Nilai estetis
Tuntutan teknik tidak satu-satunya pernyataan dalam berkarya seni. Sering dikatakan bahwa penguasaan teknik atau ketrampilan (skill) adalah tuntutan dasar proses penggarapan ide menjadi karya seni. Ini berarti bahwa dalam menggarap unsur-unsur estetis sebagai langkah lanjut dalam mencipta atau dalam menentukan azas-azas estetik, seniman perlu ditunjang dengan kemampuan teknik atau ketrampilan. Bahkan kemampuan teknik itu sendiri saling berpengaruh dengan azas atau prinsip estetis.

Kemampuan estetis adalah kemampuan mencipta nilai-nilai keindahan untuk karya seni sesuai dengan pengalaman artistik seorang seniman. Mencipta keindahan dalam karya seni didasarkan pada peraturan atau kaidah yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam sejarah kesenian peraturan atau kaidah seni terdapat pada setiap bangsa dan pada tiap kurun waktu atau zaman. Seberapa lama suatu kaidah seni dapat bertahan, tidak dapat ditentukan.

Sumber dari segala peraturan atau kaidah seni itu bermacam-macam, dapat bersumber pada hukum agama atau filsafat hidup, juga dapat bersumber pada segala peraturan atau ketentuan hidup dalam lingkungan atau lapisan masyarakat tertentu. Kaidah seni juga dapat timbul karena perkembangan dari ilmu dan teknologi.

Dalam seni modern, dimana peranan kebebasan berekspresi sangat menonjol, kaidah estetik yang berlaku tidak secara utuh dipakai, bahkan seniman dapat menemukan kaidah-kaidah estetis sesuai dengan pengalaman dan percobaan yang dicapai selama berkarya. Karena pertimbangan yang sangat pribadi itu pula maka kaidah-kaidah estetik baru yang ditemukan bisa bertentangan atau menyimpang dari kaidah estetik lama.
Gejala timbulnya bermacam-macam gaya seni dalam kesenian modern di Eropa sejak abad ke 19 adalah hasil dari penemuan kaidah estetik baru dan akibat ditolaknya kaidah estetik lama. (lihat sejarah kesenian modern)

3. Nilai Ekspresi
Nilai ekspresi pada karya seni adalah nilai yang membedakan antara karya seniman satu dari seniman yang lain.

Apabila dalam nilai estetis dituntut pertimbangan persepsi (penalaran), dalam nilai ekspresi bukan konsep pemikiran yang penting melainkan emosi dan intuisi. Itulah sebabnya mengapa sering terdapat perbedaan antara karya-karya seni sekalipun berdasarkan kaidah estetik yang sama. Ini dikarenakan peranan ekspresi seniman yang berbeda satu sama lainnya. Jadi meskipun terdapat persamaan azas estetik, tidak selamanya akan menghasilkan karya seni yang sama dan serupa.

Kita sering berkata bahwa bentuk ekspresi seni primitif itu sama karena persamaan latar belakang budaya, persamaan fungsi seni dan persamaan tiknik

Sesuai dengan penjelasan di atas, betapa pentingnya arti kepribadian seniman dalam membahas nilai ekspresi dari sebuah karya seni.

Ekspresi dapat kelompok:
Sebagai ekspresi diri seniman, yaitu kemampuan seorang seniman untuk secara hidupa dan konkrit menyatakan dalam media yang dipilihnya dan pengalaman subyektifnya mengenai suatu situasi emosional yang nyata, diingat ataupun dibayangkannya.

Sebagai penyampaian emosi seniman kepada masyarakat: dimana seseorang melalui tanda-tanda luar atau sarana tertentu secara sadar menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dialaminya sendiri dan orang terpengaruh jadinya dan turut mengalaminya. Juga sebagai katarsis; seni mempunyai kemampuan untuk keseimbangan emosi dan sebagai romantika; seni memberikan kemampuan kepada orang lain untuk memperluas dan memperkaya pengalaman emosionalnya melampaui batas-batas pribadi masing-masing.

Sebagai tanda emosi. Seniman memberikan simbol pada suatu karya seni, suatu emosi yang dialaminya sendiri atau dirasakannya dan bagi yang melihat akan menerima dan menikmati emosi ini tanpa harus mengalaminya sendiri,namun demikian dapat dimengerti.

http://members.fortunecity.com/senirupa/senirupa/id5.html

Prinsip Estetik

Selain unsur senirupa juga ada unsur estetik, yaitu azas atau prinsip untuk mengubah atau merencana dalam proses mencipta nilai-nilai estetik dengan penerapan unsur-unsur senirupa. Untuk ini dibutuhkan rancangan (design), yang karenanya azas atau prinsip estetik sering disebut pula prinsip disain dalam proses mencipta karya.
Sebagai nilai estetik, prinsip estetik yang akan disebut dibawah ini tidak selalu harus berurutan dan lengkap. Penampilan prinsip estetik dari tiap kreator berbeda sesuai dengan pertimbangan pribadinya seperti yang terdapat dalam seni tradisional dan kesenian modern.

Rumusan prinsip estetik merupakan hukum atau kaidah seni yang berfungsi sebagai sumber acuan dalam berkarya seni. Tiap bangsa dan tiap zaman pada hakekatnya memiliki hukum seni yang berbeda.



Prinsip estetik atau prinsip disain:

1.Kesatuan (Unity)
dalam berkarya prinsip utama yang harus dipenuhi ialah prinsip kesatuan, untuk itu dalam merancang secara sempurna perlu dipikirkan keutuhan dan kesatuan antara semua unsur senirupa disamping keutuhan antara unsur seni dan gagasan (idea) sebagai landasan mencipta. Sebagai contoh penampilan prinsip kesatuan dalam karya senirupa; disain dalam arsitektur mencerminkan prinsip kesatuan apabila ada kesatuan antara bagian-bagian bentuk dari struktur bangunan, ada kesatuan antara ruang-ruang dan penggunaan warna, ada kesatuan antara bentuk bangunan dengan lingkungan, ada kesatuan antara bentuk dan fungsi bangunan sesuai dengan ide dasar.

2.Keseimbangan (Balance)
keseimbangan merupakan prinsip dan penciptaan karya untuk menjamin tampilnya nilai-nilai keselarasan dan keserasian yang mendukung prinsip kesatuan dengan menggunakan unsur-unsur seni. Karena fungsinya yang menampilkan nilai-nilai keserasian dan keselarasan maka prinsip ini juga sering disebut prinsip harmoni.

Ada tiga prinsip keseimbangan:

keseimbangan formal; pada karya menampilkan nilai keindahan yang bersifat formal atau resmi. Prinsip ini sering dipakai dalam karya seni yang berlandaskan agama atau kepercayaan dan dalam lingkungan tertentu untuk mendukung nilai-nilai kejiwaan seperti keagungan, kekhidmatan, kekhusukan dan sebagainya. Contoh penampilan prinsip keseimbangan formal dalam karya senirupa ialah dalam pembuatan disain yang simetris dan statis. Disain grafis untuk piagam atau ijazah yang simetris memberikan kesan resmi dan formal. Disain simetris ini juga dapat dipakai untuk mendirikan bangunan gereja seperti bagian atap, penempatan jendela dan tiang dan lain sebagainya. Demikian pula dalam menyusun komposisi garis, bidang, bentuk dan warna untuk karya-karya senirupa yang sifatnya resmi didasarkan pada komposisi yang simetris dan statis.

keseimbangan informal; pada karya menampilkan nilai kebalikan dari keseimbangan formal yaitu menghendaki sifat lincah, hidup, penuh dengan dinamika dan pada prinsip keseimbangan informal ini menghasilkan disain asimetris.

keseimbangan radial; disamping prinsip keseimbangan formal dan prinsip keseimbangan informal pada karya masih dapat ditemukan ciptaan yang berdasarkan prinsip keseimbangan yang lain, seperti keseimbangan radial yaitu keseimbangan yang memberikan kesan memusat atau sentral. Dalam prinsip keseimbangan radial terdapat unsur penting yang diletakkan di pusat pada rancangan disainnya. Pada karya senirupa dapat dikemukakan contoh yang banyak dijumpai pada arsitektur. Penempatan bagian-bagaian dari tiap jenjang yang tampak pada denah Candi Borobudur terasa adanya unsur utama dalam keseluruhan bangunan yang dipentingkan, yaitu induk stupa di puncak candi. Secara keseimbangan radial semua unsur dari candi itu secara fisik terpusatkan pada induk stupa di puncak.

3.Irama (Rhythm)
dalam penciptaan karya seni untuk menekankan keseimbangan yang mendukung gerak (movement) atau arah (direction) dengan menggunakan unsur-unsur seni. Irama dapat dihayati secara visual atau auditif jika ada gerak seperti yang dapat kita hayati pula di alam, misalnya irama dari gelombang laut, gerakkan gumpalan awan, gelombang suara dari angin dan lain sebagainya. Gerak atau arah tersebut dapat menggugah perasaan tertentu seperti keberaturan, berkelanjutan, dinamika dan sebagainya. Sesuai dengan kehadiran gerak dan arah tersebut maka irama yang tampil dalam karya meliputi:

Irama berulang (repetitif): dapat dijumpai pada penempatan jendela atau pintu pada sebuah bangunan dengan jarak yang sama serta ukuran yang sama pula. Hal serupa dapat kita jumpai pada susunan bagian-bagian dari suatu taman yang serba berulang dan teratur sehingga menimbulkan kesan irama yang berulang.

Irama silih berganti (alternatif): dipakai dalam penciptaan karya senirupa untuk tidak sekedar mengulang-ulang unsur-unsur seni dalam bentuk dan warna yang sama, tetapi mencari kemungkinan lain dalam usaha untuk menimbulkan kesan irama.
irama laju/ membesar atau mengecil (progresif): lebih mudah dapat dihayati dalam seni gerak. Dalam penempatan unsur-unsur garis, bentuk dan warna pada komposisi prinsip irama laju (progresif) dapat dicapai dengan jarak dan arah tertentu.

Irama lamban atau beralun/ mengalir atau bergelombang: prinsip ini kebalikkan dari irama laju yang dapat dicapai dalam karya seni.

4.Proporsi
Adalah prinsip dalam penciptaan karya untuk menekankan hubungan satu bagian dengan bagian lain dalam usaha memperoleh kesatuan melalui penggunaan unsur-unsur seni.

Proporsi sebagai prinsip dalam penentuan nilai estetik, oleh seniman dipakai untuk memberikan kesan kesatuan bentuk ekspresi. Hal ini dapat dilaksanakan berdasarkan perhitungan matetamtis dan ilmiah seperti pada seni patung Yunani dn arsitektur Mesir, tapi juga berdasarkan emosi dan intusi sesuai dengan kebebasan seniman.

Hukum proporsi yang dikenal adalah golden section dari orang Yunani yang juga dipakai kembali oleh pematung dan pelukis pada masa Rennaissance. Sejak awal masa filsafat Yunani orang telah berusaha untuk menemukan hukum-hukum geometris didalam seni, karena apabila seni (yang menurut mereka identik dengan keindahan) adalah harmoni, sedangkan harmoni adalah proporsi yang cocok dari hasil pengamatan, tentulah masuk akal untuk menganggap bahwa proporsi-proporsi tersebut sudah tertentu. Maka proporsi geometris yang terkenal dengan nama golden section itu selama berabad-abad dipandang sebagai jawaban dari misteri seni ini dan ternyata pemakaiannya amat universal, tidak sekedar didalam seni tetapi juga di alam, yang pada suatu saat diperlakukan dengan menggunakan pandangan keagamaan.

Seringkali golden section dipergunakan untuk menentukan proporsi yang tepat antara panjang dan lebar pada empat persegi panjang pada jendela dan pintu-pintu, pigura-pigura serta buku atau majalah.

Di Bali kita kenal Hasta Kosala-Kosali yang berasal dari unit tubuh manusia untuk mengukur proporsi bangunan.

5.Aksentuasi/Dominasi (Emphasis)
Merupakan prinsip dalam penciptaan karya yang mengikat unsur-unsur seni dalam kesatuan. Prinsip aksentuasi menampilkan pusat perhatian dari seluruh kesatuan karya. Ada beberapa cara dalam menempatkan aksentuasi, yaitu:

pengelompokan yaitu dengan mengelompokkan unsur-unsur yang sejenis. Misalnya mengelompokkan unsur yang sewarna, sebentuk dan sebagainya.

Pengecualian yaitu dengan cara menghadirkan suatu unsur yang berbeda dari lainnya.

Arah yaitu dengan menempatkan aksentuasi sedemikian rupa sehingga unsur yang lain mengarah kepadanya.

Kontras yaitu perbedaan yang mencolok dari suatu unsur di antara unsur yang lain. Misalnya menempatkan warna kuning di antara warna-warna teduh.

http://members.fortunecity.com/senirupa/senirupa/id4.html

Pengertian Seni

Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di Barat pada masa lampau.

Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpa.

Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l'arte (Italia), l'art (Perancis), elarte (Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun berkembangan sedikit demi sedikit kearah pengertiannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. (Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang diangkat untuk istilah kegiatan itu).

Yunani yang dipandang sebagai sumber kebudayaan Eropa walaupun sejak awal sejarahnya sudah mengenal filsafat dan juga fisafat seni, ternyata tidak juga memiliki kata yang dapat disejajarkan dengan pengertian kita sekarang tentang seni. Istilah yang paling dekat dengan pengertian itu ialah ?hne??ng sekarang kita kenal memiliki hubungan langsung dengan perkataan ?nik??

Pengertian Dasar Tentang Lingkup Senirupa

Kata seni yang bersumber dari bahasa asing itu menekankan arti pada hasil aktivitas seniman. Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut.

Media sebagai sarana aktivitas seni dapat menghasilkan karya seni setelah melalui proses penciptaan seniman berdasarkan pertimbangan artistik (nilai artistik). Jadi karya seni sesuai dengan media yang dipakai meliputi jenisnya; antaranya senirupa (visual art).

Pengertian dasar tentang lingkup senirupa (visual art) sesuai dengan media aktivitas:
Seni Murni:
Seni Lukis
Seni Patung
Seni Grafis

Disain:
Disain Grafis (Komunikasi Visual)
Disain Interior
Disain Produk (Disain Industri)

Kria:
Kria Tekstil
Kria Kayu
Kria Keramik
Kria Gelas, dll.


Pada masa lampau tidak ada perbedaan yang tegas antara seniman dan kriawan, antara artists dan craftsman. Charles Batteaux (1713-1780) membedakan seni menjadi dua, yaitu:
Seni murni (fine art/ pure art)
Seni terapan (useful art/ applied art)

Dengan timbulnya istilah seni murni (fine art) dalam abad 18 mulailah terjadi perbedaan yang mendasar tentang seni murni dan seni pakai.

Seni berkembang terus, dan pada abad 19 ada usaha untuk menyatukan kembali antara seni dan kria, dalam sejarah senirupa, kita mengenal lahirnya Werkstatte di Austria dan Bauhaus di Jerman merupakan suatu usaha untuk menyatukan kembali seni murni dan seni pakai. Lahirlah istilah yang kita kenal sekarang dengan sebutan disain industri.

Namun demikian, perkembangan senirupa sejak tahun 60an sampai sekarang telah menunjukkan suatu perkembangan yang berbaur dengan berbagai disiplin seni, seperti munculnya seni Happening, seni Instalasi, Multimedia dan lain-lain, juga batasan antara seni kria yang betul-betul memiliki kemahiran teknik (buatan tangan) dengan campuran yang menggunakan alat industri, juga perkembangan teknologi fotografi yang demikian maju.

http://members.fortunecity.com/senirupa/senirupa/id1.html

PENGERTIAN SENI SECARA UMUM dan SEJARAHNYA

Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan "ART" (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.

Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada + sejak 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia Moderen adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya adalah semat-mata hanya untuk kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figure yang masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia moderen membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya "mungkin". Dengan kata lain manusia moderen adalah figure yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian paa jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam

Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama.karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalupun toh ada penjelasan tertentu pada artefak tersebut hanya penjelasan yang menyatakan benda/bangunan tersebut di buat untuk siapa". Ini pun hanya ada pada setelah jaman, katanya para ahli arkiologi sich saya sendiri tidak tahu pasti. Kita bisa menyimpulkan kesenian pada jaman sebelum moderen kesenian tidak beraspek individulistis.

Sejak kapan fungsi individulistis dari seni mulai tampak ?, katanya para sejarawan lagi, beliau-beliau mengatakan sejak seni memasuki jaman moderen. Kenapa ini bisa terjadi ? (ini kata saya sedikit mengutip kata-kata para ahli yang terdahulu). Karena mengikuti pola berfikir manusia yang maunya mencari kebaruan dan membuat perubahan (entah baik atau buruk).

Begini ceritanya :
Dalam sejarah seni terjadi banyak pergeseran. Sejak renaisans atau bahkan sebelumnya , basis-basis ritual dan kultis dari karya seni mulai terancam akibat sekularisasi masyarakat. Situasi keterancaman itu mendorong seni akhirnya mulai mencari otonomi dan mulai bangkit pemujaan sekular atas keindahan itu sendiri. Dengan kata lain fungsi seni menjadi media ekspresi, dan setiap kegiatan bersenian adalah berupa kegiatan ekspresi kreatif, dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru, yang unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya posisi karya seni menjadi individualistis.

Seni pada perkembangannya di jaman moderen mengalami perubahan atau pembagian yakni seni murni atau seni terapan/ seni dan desain yang lebih jauh lagi seni dan desain oleh seorang tokoh pemikir kesenian yang oleh orang tuanya di beri nama Theodor Adorno di beri nama "Seni Tinggi" untuk Seni Murni dan "Seni Rendah" untuk Seni Terapan atau Desain. Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan sebuah karya seni/murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Adorno menganggap seni harus berbeda harus berbeda dengan benda lain (barang); ia harus mempunyai "sesuatu". Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan dari atas oleh seorang produsen.

Terakhir kita menuju pada jaman Post-moderen/Kontemporer. Di jaman Kontemporer ini bentuk kesenian lebih banyak perubahannya baik secara kebendaan atau kajian estetiknya, yang lebih dahsyat lagi landasan logikanya. Mungkin disini saya akan memberi sedikit ilustrasi :

Di era Kontemporer ini aturan-aturan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dulunya karya seni itu harus menyenangkan, sekarang malah bisa sebaliknya. Yang dulunya karya seni itu setidaknya masih mempertimabangkan etika sosial, etika agama atau etika-etika yang lain, namun sekarang mungkin kesemuanya itu bisa jadi hanya sebagai aturan usang.
Radikal,.ya..???. itu hanya kelihatannya ????.

Kondisi ini terjadi karena seniman sudah pada titik jenuh dan marah "mungkin". Marah atau jenuh pada siapa :
1. Pada lingkungannya atau pada sesutau yang telah ada
2. Atau para seniman marah dan muak pada perlakuan pasar kapitalismeyang menurutnya terlalu radikal terhadap karya seni. Yang sedikit-sedikit karya seni itu dinilai dengan nominal. Padahal karya seni itu sebelum dinilai adalah "nol". Selebihnya adalah makna, ide, representasi, rekreasi, acuan etik, dokumentasi "politik" dan "sejarah", perlawanan, luka, kekecawaan, paradigma, atau sekedar main-main belaka, dll (ini katanya Adi Wicaksono yang sepertinya seorang kritikus seni yang dari Jogya itu..Lho..!!!!).
3. Atau para seniman marah pada kritikus yang dalam kritiknya memberikan pemaknaan yang terlalu sembrono sehingga esensi pesan dari karyanya menjadi tidak-karuan.

Di era kontemporer ini juga banyak lahir bentuk seni yang baru semisal:
1. Klik Art : yang dalam pembuatannya seseorang tidak harus membuatnya dengan Hand Made (melukisnya sendiri). Dalam Klik Art ini siapa saja bisa membuat lukisan dengan memanfaatkan gambar yang ada atau lukisan orang lain yang mungkin di rubah atau ditambahi bahkan dikurangi. Tapi perlu di ingat dalam klik art ini kamu harus bisa mengoperasikan komputer dan progaram- progaramnya yang di gunakan dalam kegiatan ini, misalnya: Corel Draw, Photosop, atau yang lainnya, begitu.
2. Net Art : adalah bentuk seni yang mana dalam pamerannya dilakukan diruang maya (Internet), di net art ini kamu bisa mengubah gambarnya juga lho, atau mengurangi dan menambahi, atau mungkin kamu mangganti ini sial pembuatnya dengan namamu itu sah-sah saja tidak ada yang melarang kok. Namun perlu di ingat walaupun kamu merubah atau mengganti inisial pencipta pada karya net art ini sipembuat akan semakain bangga karena ia merasa menang dan puas karena karyanya ternyata interaktif dan lebih parah lagi kamu sudah masuk perangkap permainan sang pembuat. Satu lagi yang terkenal bukan kamu namun si pemilik situs dimana karya itu di muat,...tahu nggak ////// kapok kon salah' e dewe. Tapi asik kok coba saja.
3. Vidio Art/vidio instalasi : vidio art ini tidak beda dengan seni instalasi yang mana dalam aktulisasinya si seniman memanfatkan teknologi telvisi yang terkoneksi dengan vidio, atau komputer, jadi pesan yang ingin di sampaikan si kreator itu di serahkan pada seonggok mesin, tapi kadang si kreator juga menyertakan tubuhnya atau tubuh orang lain, yang sepertinya kita melihat itu mirip seni pertunjukan, namun ini bukan seni pertunjukan lho, karena masih ada unsure rupa-nya, namun juga bukan seni rupa lho karana dalam vidio art ini unsure gerak, bunyi, dan sastra juga di pakai. Dan banyak bentuk seni-seni yang lain saja sedikit lupa dan sudah capek menyebutkan satu-persatu, tapi mungkin dari kalian sudah ada yang tahu bahkan lebih tahu dari say,...he.he..he..e..ee..eeeh.ehhhh.. ehhhk..grokhg. !!!!!!!. huwek cuihhhhhhh. ( Sori ya sedikit agak kopros soale aku wis bosen ngetik)

Yang jelas pada jaman kontemporer ini sekat antara cabang-cabang seni berusaha dihilangkan atau bahkan sudah hancur, maksudnya sekat antara cabang seni itu adalah:...., yang dulunya ada seni rupa sendiri, lantas seni tari, seni musik, atau mungkin seni-seni yang bau itu Lho !! Yang ada adalah hanya kata dan bentuk kesenian yang mempunyai hasil atau artefak yang bisa dinikmati, diapresiasi, diinterprestasi, diperjual belikan atau kalau menurut kamu jelek bisa di caci maki..bebaslah yang penting tidak sampai menyinggung perasaan yang membuat, karena apa nanti kamu bisa-bisa di caci maki ganti, atau lebih parah kamu bisa di-kaplok.
Okey..

Itu cerita saya tentang pengertian seni secara umum beserta sejarahnya

SEKARANG KITA MENCOBA MENGKAJI TENTANG PENGERTIAN SENI RUPA DAN DEMINSINYA YANG DI SERTAI DENGAN SEGALA HAL YANG MENEMPEL PADANYA...OKEY

http://endonesa.net/articles.php?id=3&page=1

FUNGSI SENI

fungsi Seni

Di zaman modern, perkembangan seni semakin tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seni telah disadari keberadaannya. Sehingga perkembangan manusia dalam menciptakan dan menggunakan seni semakin dapat dirasakan.

Pada perkembangan selanjutnya, manusia telah menciptakan karya seni yang berdaya guna dalam kehidupan mereka. Bahkan seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia:

1.Fungsi Individual/ fungsi pribadi
Charles Batteaux (1713-1780) membedakan seni menjadi dua, yaitu:
Seni murni (fine art/ pure art)
Seni terapan (useful art/ applied art)

Pengelompokan tersebut berdasarkan fungsi seni bagi kehidupan seorang seniman. Berdasarkan teori tersebut, maka fungsi seni bagi seorang individual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Fisik

Manusia homo sapien telah mengenal alat-alat kehidupan sehari-hari. Dari peninggalannya dapat diketahui bahwa manusia zaman itu telah mengenal dan mempelajari dunia fisik. Mereka berusaha membuat benda-benda terapan.

Manusia disebut homo faber, artinya ia memiliki emosi dan kecakapan untuk berekspresi pada keindahan dan pemakaian benda-benda. Sifat sensitif yang dimiliki oleh seseorang memberi reaksi terhadap penciptaan benda yang indah dengan nilai artistik. Pada penciptaan suatu benda seseorang selalu mempertimbangkan dan menghadirkan aspek kehidupan.

Di abad teknologi kehadiran aspek seni dalam pembuatan benda-benda fungsional tidak dapat diabaikan. Seni terapan memang mengacu pada pemuasan kebutuhan fisik. Karena itu segi kenyamanan menjadi hal yang penting.

Peradaban manusia terus maju. Penciptaan-penciptaan manusia juga ikut berkembang dengan pesat.

Contoh-contoh seni yang dapat memenuhi kebutuhan fisik antara lain:
a. Seni bangunan
b. Seni furniture
c. Seni pakaian (tekstil)
d. Seni kerajinan, dan sebagainya.

Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Emosional

Mengapa manusia bisa marah, sedih, gembira, haru, iba, cinta dan benci? Manusia dapat merasakan semua itu karena dalam dirinya terkandung dorongan emosional. Dan situasi emosi akan muncul bila ada rangsangan dari luar, rangsangan tersebut akan membentuk suatu asosiasi dan tanggapan. Dari tanggapan inilah lalu timbul refleksi yang berupa perasaan marah, benci, sedih, kasihan, haru dan sebagainya.

Pengalaman-pengalaman individual yang terus terjadi setiap saat bisa diungkapkan lewat bahasa seni. Masalah cinta, perkawinan, kelahiran dan kematian atau rasa suka cita bisa menjadi pengalaman individu yang direkam dalam karya seni. Karena itu biasanya digunakan sebagai ekspresi diri dalam berkarya, apalagi pada seni modern yang tidak lagi kolektif sifatnya.

Fungsi pribadi seni ada beberapa permasalahan yang biasanya menjadi pusat perhatian manusia, antara lain:
Eksprei psikologis:
Cinta
Kematian
Masalah spiritual
Ekspresi estetik

2.Fungsi Sosial
Sebenarnya seluruh karya seni memiliki fungsi sosial karena selalu ada interaksi antara karya seni dan pemirsanya. Senirupa bisa menjadi sarana untuk penyampaian protes, pujian dan kritik.

Fungsi Sosial Seni dalam Bidang Rekreasi
Fungsi Sosial Seni dalam Bidang Komunikasi
Fungsi Sosial Seni dalam Bidang Pendidikan
Fungsi Sosial Seni dalam Bidang Keagamaan

Buku Approaches to Art in Education tulisan Laura H. Chapman (1978) menguraikan setiap karya seni memiliki fungsi, apakah yang personal, social, physical, political, religious, educational, dan economic.

Dari sisi lain ditemukan adanya 3 pengelompokan:
yang difungsikan untuk mengekspresikan gagasan atau memecahkan problema tertentu. Setiap gagasan atau problema mempersyaratkan dipilihnya karya seni yang sesuai untuk gagasan dan problema tersebut.

Yang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Yang dimaksud di sini antara lain adalah kebutuhan menyatakan identitas katakanlah yang nasional; kemudian kebuthan akan seremoni. Masing-masingnya mempersyaratkan hadirnya karya seni dengan karakteristik tertentu.

Yang difungsikan dengan memberikan ciri kontekstual. Konteks dimaksud memberikan fungsi tertentu kepada karya seni bersangkutan. Karya seni yang digunakan dalam upacara keagamaan akan memperoleh fungsi yang lain apabila ditempatkan dalam suatu museum. Bendera yang berkibar pada tiangnya akan memiliki arti yang berbeda apabila digunakan sebagai penutup peti jenazah.

http://members.fortunecity.com/senirupa/senirupa/id6.html

Elemen Seni Rupa

Elemen Seni Rupa


Garis
Bidang
Ruang
Warna
Tekstur
Bentuk
Gelap Terang (cahaya)



1.Garis
Garis adalah unsur senirupa yang paling sederhana tetapi penting dalam penampilan estetik.

Garis selalu dapat diamati secara visual pada tiap benda alam dan pada hasil karya seni rupa. Dalam hal ini dibedakan antara garis alamiah dan garis yang diciptakan (sengaja maupun tidak sengaja).

Contoh:
Garis alamiah:
Garis cakrawala di alam yang dapat dilihat sebagai batas antara permukaan laut dan langit.

Garis yang diciptakan:
Pada gambar ilustrasi, garis hitam sengaja dibuat untuk menciptakan bentuk dan sosok (figur). -disengaja.
Garis yang timbul karena diciptakannya dua bidang dengan warna atau barik (tekstur) yang berbeda. -tidak disengaja.

Fungsi garis:
Untuk memberikan representasi atau citra struktur, bentuk dan bidang. Garis ini sering disebut garis blabar (garis kontur) berfungsi sebagai batas/ tepi
Untuk menekankan nilai ekspresi seperti nilai gerak atau dinamika (movement), nilai irama (rhythm) dan nilai arah (direction). Garis ini disebut juga garis grafis.
Untuk memberikan kesan matra (dimensi) dan kesan barik (tekstur). Garis ini sering disebut garis arsir atau garis tekstur. Garis tekstur lebih bisa dihayati dengan jalan meraba.

Sifat garis:
Sifat garis menunjuk adanya beberapa jenis garis, seperti:
Garis lurus vertikal dan horizontal yang dapat mengungkapkan kesan tertentu, seperti tenang, statis atau stabil.

Garis putus yang dapat mengungkapkan kesan gerak dan gelisah.

Garis silang atau diagonal yang dapat mengungkapkan kesan gerak, tegang dan ragu.

Garis lengkung yang dapat mengungkapkan kesan lamban, irama dan santai.

2.Bidang
Unsur bidang dalam senirupa adalah perkembangan dari penampilan garis, yaitu perpaduan garis-garis dalam kondisi tertentu.

Bidang dapat diamati secara visual pada tiap benda alam dan pada hasil karya senirupa. Dalam hal ini dibedakan antara bidang alamiah dan bidang yang dicipta (sengaja maupun tidak sengaja).

Contoh:
Bidang alamiah:
bidang lapangan atau taman, bidang sawah, bidang langit, bidang laut dsb.

Bidang yang dicipta:
Bidang lukisan, bidang segitiga, bidang lingkaran dsb. -sengaja dibuat

Bidang yang timbul karena pembubuhan warna, cahaya atau barik. -tidak disengaja

Fungsi bidang:
Untuk menekankan nilai ekspresi dan nilai gerak (movement), nilai irama (rhythm) dan nilai arah (direction).
Untuk memberikan batas dan bentuk serta ruang seperti yang tampak pada bangunan dan patung.

Untuk memberikan kesan trimatra (3 dimensi) yang ditimbulkan oleh batasan panjang, lebar dan tinggi.

Sifat bidang:
Bidang harizontal dan vertikal yang memberikan kesan tenang, statis, stabil dan gerak.

Bidang bundar yang memberikan kesan kadang-kadang stabil, kadang-kadang gerak.

Bidang segitiga yang memberikan kesan statis maupun dinamais.
Bidang bergelombang (cekung dan cembung) yang memberikan kesan irama dan gerak.

3.Ruang
Ruang sebenarnya tidak dapat dilihat (khayalan), jadi hanya bisa dihayati. Ruang baru dapat dihayati setelah kehadiran benda atau unsur garis dan bidang dalam kekosongan atau kehampaan. Misalnya ruang yang ada disekeliling benda, ruang yang dibatasi oleh bidang dinding rumah, ruang yang terjadi karena garis pembatas pada kertas.

Ruang adalah suatu kehampaan tiga dimensional, dimana benda yang ada mempunyai kedudukan dan arah yang relatif. (Webster).
Didalam senirupa dikenal ruang 2D dan ruang 3D.

Ruang dapat dihayati di alam dan pada karya senirupa, karenanya dibedakan antara ruang alamiah dan ruang yang diciptakan (disengaja atau tidak disengaja).

Contoh:
Ruang alamiah:
Ruang yang terdapat di alam yang dibatasi oleh benda-benda alam dan karena pengaruh cahaya seperti pada pemandangan alam.

Ruang yang diciptakan:
Ruang interior dan eksteriorsebuah bangunan yang dapat memberikan suasana yang dikehendaki, seperti sebuah interior mesdjid atau gereja. -disengaja.

Ruang yang timbul karena penempatan berbagai warna, jarak gelap terang, seperti pada sebuah lukisan. -tidak disengaja.

Fungsi ruang:
Untuk memberikan kesan trimatra (3 dimensi), seperti kesan kedalaman, jarak dan plastisitas pada sebuah lukisan alam.
Untuk menekankan nilai ekspresi seperti irama, gerak, kepadatan dan kehampaan, seperti pada karya arsitektur dan seni patung.
Untuk memberikan kesan nilai guna (nilai praktis), seperti ruang pada gelas (rongga gelas), ruang pada lemari dsb.

Sifat ruang:
Ruang terbuka atau ruang tak terbatas, yaitu ruang berada di luar/ di sekeliling benda, seperti ruang eksterior bangunan yang dapat memberikan kesan keabadian/ kelanggengan.

Ruang tertutup atau ruang terbatas, yaitu ruang berada dalam batasan benda, seperti ruang interior bangunan atau ruang patung.

Ruang perlambangan, yaitu ruang yang memberikan arti perlambangan kehadiran ruang, seperti pada pernyataan ruang alam kecil (microcosmos) dan ruang alam besar (macrocosmos).
Ruang gelap terang, yaitu ruang yang timbul karena pengaruh cahaya atau karena pembubuhan warna, seperti pada lukisan.

4.Warna
Warna memberi pengaruh kejiwaan (fungsi psikologis), seperti warna hijau dan putih dalam kedokteran memberikan perasaan tenang.

Warna memberi pengaruh keindahan (fungsi estetis).
Warna memberi pengaruh perlambangan (fungsi simbolik), baik untuk kepentingan pribadi, kelompok maupun yang bersifat formal, informal dan asosiatif.
Warna heraldik; warna yang dipakai menurut kebiasaan (konvensi).

Istilah-istilah teknis dalam warna:
Hue: Dicetuskan oleh Munsell sebagai sebutan untuk warna primer; merah, kuning dan biru.

Value: adalah warna-warna yang memberi kesan gelap terang atau gejala warna dalam perbandingan hitam dan putih. Apabila suatu warna ditambah dengan warna putih akan tinggi valuenya dan apabila ditambah hitam akan lemah valuenya. Warna kuning mempunyai value yang tinggi, warna biru mempunyai value rendah.

Intensitas: adalah hubungan kemurnian warna untuk menunjuk kekuatan warna. Hal ini akan menghasilkan cerah tidaknya suatu warna. Misalnya menambah warna kuning pada merah suram bisa mengubah menjadi jingga yang keras. Namun pemberian pigmen putih seringkali mematikan intensitas, karena membuatnya pucat menjadi warna-warna pastel.

Komplementer: adalah warna yang kontras atau warna yang saling berhadapan dalam lingkaran warna. Contohnya, warna kuning dengan ungu, merah dengan hijau, biru dengan jingga.

Analogus: adalah warna yang letaknya berdekatan (dalam lingkaran warna)

Warna hangat dan sejuk:
Warna hangat adalah warna yang menyolok dan bersifat mendekat bagi yang melihat, seperti warna merah, kuning dan jingga. Sedangkan warna sejuk adalah warna kebalikan dari warna hangat dan bersifat menjauh bagi yang melihat, seperti biru dan hijau.

Tone (warna kromatik)
Warna ini juga disebut nada warna, yaitu warna dilihat dari tingkat kecerahan atau keredupannya yang terdiri dari:
Warna mono-kromatik, yaitu tingkat kecerahan dan keredupannya bertolak dari satu warna.
Warna poli-kromatik, yaitu yang tingkat kecerahan dan keredupannya bertolak dari lebih dari satu warna.

5.Tekstur
Tekstur adalah unsur senirupa yang memberikan watak/karakter pada permukaan bidang yang dapat dilihat dan diraba.

Tekstur yang dapat dilihat atau diraba pada permukaan bidang dibedakan antara tekstur alamiah dan tekstur buatan.

Tekstur alamiah ialah watak bidang yang tercipta oleh alam, seperti urat kayu atau batu.

Tekstur buatan atau tiruan ialah watak bidang yang dibuat (disebut juga tekstur simulasi), membuat watak kayu pada bidang memberi kesan tekstur dengan cara tehnik gambar tertentu.

Fungsi tekstur:
ialah untuk memberikan watak tertentu pada bidang permukaan yang dapat menimbulkan nilai estetik. Misalnya tekstur dari urat-urat kayu ditonjolkan pada permukaan bidang patung sesuai dengan bentuk patung.

6.Bentuk
Kata bentuk dalam senirupa diartikan sebagai wujud yang terdapat di alam dan yang tampak nyata.

Sebagai unsur seni, bentuk hadir sebagai manifestasi fisik dari obyek yang dijiwai yang disebut juga sebagai sosok (dalam bahasa Inggris disebut form). Misalnya membuat bentuk manusia, binatang dsb.

Ada juga bentuk yang hadir karena tidak dijiwai atau secara kebetulan (dalam bahasa Inggris disebut shape) yang dipakai juga dengan kata wujud atau raga.

Fungsi bentuk:
Pada karya senirupa, bentuk diciptakan sesuai dengan kebutuhan praktis, seperti membuat bentuk kursi untuk diduduki. Dalam hal ini bentuk yang dicipta sesuai dengan nilai kegunaannya (functional form).
Bentuk dicipta sebagai ungkapan (bentuk ekspresi), seperti pada lukisan dan patung.

Jenis/ sifat bentuk:
Bentuk organik, yaitu bentuk pada karya senirupa yang mengingatkan pada bentuk mahluk hidup, seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Bentuk dwi-matra, yaitu bentuk pada karya senirupa yang terbatas pada bidang, bentuk yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, seperti bentuk pada gambar dan lukisan.
Bentuk tri-matra, yaitu bentuk pada karya senirupa yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi, seperti bentuk patung dan bangunan
Bentuk diam dan bergerak (statis dan kinetis) seperti pada patung, mobil dsb.
Bentuk berirama (ritmis) seperti pada bangunan, patung dsb.
Bentuk agung dan abadi (monumental) seperti pada bangunan dan patung.


7.Gelap dan Terang (cahaya)
Meskipun cahaya kehadirannya tidak dapat dilihat seperti unsur senirupa lainnya, tetapi cahaya tidak sedikit peranannya sebagai unsur senirupa.

Cahaya yang dapat memberikan pengaruh pada nilai keindahan karya seni meliputi:
Cahaya alamiah, yaitu cahaya sebagai unsur alam, seperti sinar matahari atau bulan, cahaya petir atau cahaya apai.
Cahaya buatan manusia, seperti cahaya lampu, baterai dan sebagainya.

Pada karya senirupa, cahaya sengaja dihadirkan untuk kepentingan nilai estetis, artinya untuk memperjelas kehadiran unsur-unsur senirupa lainnya. Peralihan dari gelap dan terang adalah upaya untuk mempertegas volume suatu bentuk.

Ada dua macam tehnik gelap terang:
Chiaroscuro: peralihan bertahap (gradasi)
Silhouette: bayangan tanpa gradasi

Chiaroscuro, pada lukisan untuk mendapatkan bentuk seringkali dipakai tehnik peralihan gelap terang (gradasi). Dan tehnik ini dikembangkan oleh para seniman Rennaissance seperti Leonardo da Vinci. Seniman-seniman Baroque kemudian melanjutkannya dengan tehnik iluminasi, pencahayaan untuk mendramatisir gambar yang sanggup membentuk volume, meski dengan sedikit saja terang dari satu sumber cahaya. Sementara Rembrandt, pelukis asal Belanda lebih menggunakan pencahayaan untuk efek psikologis dari subyeknya.
Dalam senirupa modern, kegiatan gelap terang banyak diambil alih oleh tehnik fotografi. Seni grafis masa kini juga banyak memanfaatkan tehnik fotografi tersebut untuk mencapai gradasi dan nuansa gelap terang.
Seniman menggunakan tehnik gelap terang untuk mencapai kontras suatu bentuk. Seperti pada karya grafis (woodcut) bisa dikatakan memanfaatkan tehnik kontras untuk mencapai bentuk yang diinginkan (chiaroscuro woodcut).
Kontras yang paling sederhana adalah silhouette, mirip bayangan tubuh yang diterpa sinar pada jendera.

Fungsi gelap terang (value)
Unsur gelap terang (cahaya) pada karya senirupa memberikan nilai ekspresi, misalnya untuk menampilkan kesan dramatis pada lukisan, seperti pada tema peperangan dengan ungkapan gelap terang.

Unsur gelap terang (cahaya) pada karya senirupa memberikan nilai emosi, misalnya cahaya yang membus jendela kaca patri yang menimbulkan suasana khidmat pada interior mesjid atau gereja.

Unsur gelap terang (cahaya) pada karya senirupa memberikan kesan trimatra atau plastis pada benda yang diterpa oleh cahaya seperti pada bangunan dan benda. Dalam hal ini gelap terang (cahaya) dapat memperkuat sifat benda trimatra.

http://members.fortunecity.com/senirupa/senirupa/id3.html

20 Agustus 2007

KAMI SENANG TERHADAP DESAIN

Bagi saya, desain merupakan sesuatu yang penting, karena saya sadar setiap detik kehidupan ini selalu memerlukan desain. Mulai bangun tidur, beraktifitas, bersantai sampai mau tidur lagi manusia selalu memerlukan desain; bahkan saat meninggal duniapun manusia juga memerlukan desain.